Tulisan ini adalah pengalaman saya yang
pernah berkuliah di suatu universitas di salemba dan saya tulis dengan
sesadar-sadarnya tanpa maksud untuk menjelek-jelekan seseorang atau organisasi
kampus apapun.
Waktu saya maba, saya idealis banget
orangnya. saya pengen merubah diri saya menjadi “dewasa” dan saya yakin salah satunya
dengan mengenal banyak orang, sharing ilmu dan pengalaman juga berguna buat
orang lain. Kalo kata aktivis kampus itu “agent of change”. Tapi satu hal yang saya
pertanyakan ketika saya mulai semester ketiga setelah menjalani beberapa
organisasi dan kepanitiaan : “apa tujuan lu ikut organisasi kampus?”,
“perubahan apa yang lu inginkan?”, “Lu mau ngerubah apa?”. Sama seperti tagline
ga jelas itu, saya mulai ngerasa kalo saya juga ga jelas dalam menjalaninya.
Bener kata senior saya, kalo lu udah
nyaman sama orang-orang di organisasi lu, bakal enak juga ngejalaninnya, begitu
juga sebaliknya. Untuk tahun pertama perkuliahan saya, saya enjoy banget dan
ikhlas disuruh apa juga. Seneng banget, beberapa temen --sampai saat
ini-- ada yang bisa diajak jalan-jalan bareng dan tukar pikiran, bantu
cariin kerjaan disaat ga ada duit, juga selalu ada untuk menolong di saat yang
sulit.Tapi keadaan berubah saat apa yang kita prediksi baik menuju kenyataan
buruk. Mungkin karena saya berharap lebih kalau setiap orang adalah konsisten
dan komitmen. Maka, Satu hal yang sangat saya pelajari dari organisasi adalah jangan
pernah berharap lebih kepada orang lain.
Lu pikir organisasi itu enak semua?
Ho, tentu saja enggak. Banyak juga hal-hal yang menyebalkan yang gw
rasakan disana.
Budaya Organisasi (Saat Rapat atau
Kumpul)
Mungkin “Jam Karet” atau “Telat”
udah jadi budaya orang Indonesia. Jarkoman jam sepuluh, rapat baru mulai jam
dua belas. Dan akhirnya lu terbiasa dengan mengatakan “Paling juga telat,
bentar lagi akh”. Saat yang lain mendengar gumaman itu, maka jumlah orang yang
telat akan makin banyak. Jadilah lingkaran setan orang telat.
Apalagi kalau lu udah minta ACC /
Persetujuan atasan bos atau pemimpin organisasinya.. Dan sang pemimpin adalah
orang yang kemakan kebiasaan telat juga. lama.. karena lu harus berurusan sama
banyak orang (bisa sampai tiga orang).
The Gank
Ini hal yang paling saya sebel
banget. Ketika dalam sebuah organisasi ada “organisasi” lain. Saat ada “gank”
tertentu dalam sebuah organisasi, akan sangat menggangu orang-orang yang berada
di luar “gank” tersebut. Gank disini bisa aja kumpulan orang-orang dari
organisasi yang sejurusan, anggota organisasi tersebut di masa kepengurusan
sebelumnya yang jadi pengurus lagi atau kumpulan orang-orang yang udah cocok
satu sama lainnya.
Untuk “gank” sejurusan,saya masih
paham apa yang mereka diskusikan. Tapi kalo “gank” anggota organisasi tersebut
di masa kepengurusan sebelumnya itu benar-benar rese banget. Mereka sulit
nerima pendapat orang baru. Ngerasa mereka lebih berpengalaman dan bahkan
sering bilang, “Mank lu tau apa?” untuk hal-hal biasa.
Rata-rata “gank” anggota organisasi
tersebut di masa kepengurusan sebelumnya itu udah cocok satu sama lain dan
saling ngerti. Jadi kalo orang baru nyela, berasa banget jadi intruder
(pengganggu). Sebuah kasus terjadi akhir-akhir ini ketika saya komplain di
organisasi saya.
Saya ngadu sama A tentang kelakuan
si B ke saya yang saya kurang suka (A dan B se “gank”), Si A dengan
entengnya bilang, “Si B itu emang orangnya gitu,Ian. Harusnya lu ngertiin dia”.
A malah belain B –mungkin karena merasa mengerti si B, begitu yang saya tangkap
dari bahasanya. Dan akhirnya gw jadi mikir sendiri,”Gw apa ya disini?
Kita satu, bukan? Gw temenlu juga ‘kan ya?”. Padahal gw kenal A cukup lama juga
dari maba.
Dan kebodohan dari the ‘gank’ ini
adalah ketika ada suatu hal yang harus dikerjain bareng-bareng, mereka malah
kerjain sendiri. Itu karena mereka miskomunikasi sama orang baru. Tapi kesannya
orang baru ga mau bantuin terus dengan asiknya ngomong, “Makanya aktif donk
nanya-nanya!”, "Makanya rajin donk dateng kesini" atau “Makanya kumpul
donk ama kita!”.
Hal yang menyebalkannya adalah
ketika “gank” ini bersatu, orang baru (gw, terkadang) bakalan ga ngerti
apa yang diomongin mereka dan ketika mereka terpisah jadi individu-individu,
mereka baru mau ngajakin orang diluar anggota mereka untuk diskusi dan hal-hal
lainnya. Dan sebagai orang baru, saya harus kepo dan “ambil hati” mereka supaya
mereka mau ngobrol sama saya juga.
Dan saya mulai mikir lagi, kenapa
bisa saya joinan sama sekumpulan orang-orang egois yang ga dewasa ini? Kenapa
gw bisa ada disini? Nun disana ada orang-orang lain yang menghargai waktu dan
perasaan gw. Orang yang menghargai orang lain sesibuk apapun!
NAMA : GINDRIASTA GINTING
NPM : 13111076
KELAS: 2 KA 18