NewsLine

Selamat datang di blog GiastaGinting... Semoga blog ini bermanfaat bagi anda.

Jumat, 30 September 2011

Suku Karo


Suku karo ini termasuk ke suku batak tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa orang karo itu orang (suku) apa? Dan ada juga yang mengatakan bahwa orang karo ini bukan suku Batak karena bahasa dan silsilah keturunannya dengan orang batak yang lain berbeda.
Orang Karo sangat identik dengan wilayah Medan, yang dimaksudkan berdomisili Diwilayah Medan.
Dan Orang Karo ini sangat berpengaruh di wilayah Medan karena pendiri kota Medan pertama kali adalah orang Karo yang bernama Guru Patimpus Sembiring Pelawi, tu Juga saya dikasi tau sama alm. kakek saya yang asli benar benar orang Karo dan memiliki banyak pengetahuan tentang sejarah orang Karo.
Orang Karo ini berkependudukan di wilayah Sumatra Utara (Medan) dan lebih tepatnya di Taneh Karo Simalem, kota yang terkenal di wilayah ini yaitu Binjai, Kabanjahe, Betastagi. Berastagi juga mungkin bias dijadikan tempat wisatanya karena tanahnya yang subur, dan tempat yang memiliki keindahan yang luar biasa, mengapa saya mengatakan begitu? Karena ketika saya ke kota Berastagi itu terlihat pemadangan kota-kota Medan.
Suku Karo memiliki 5 marga yang mungkin disebut oleh orang karo itu sendiri Merga Silima yaitu terdiri dari: Karo-karo, Ginting, Tarigan, Sembiring, Prangin-angin.
Biasanya marga itu dipakai dalam nama seseorang yang dipakai marga dari ayahnya, contohnya Michael Ginting menikah dengan Syeren Sembiring dan memiliki anak bernama Mesy Ginting, itu secara otomatis dibawa dari keturunan ayahnya. Dalam adat karo ini menikah tidak bisa / tidak diperbolehkan satu marga.

Orang Karo Dalam Kemampuan di Bidang Politik
Berikut adalah sedikit gambaran mengenai Spirt Soekarnoisme Warga Tanah Karo yang ditulis oleh Hiski Darmayana, seorang Aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Sumedang. Tulisan ini juga sebelumnya sudah dipublikasikan melalui situs berdikarionline.com
Dalam dinamika politik nasional, Kabupaten Tanah Karo memiliki sebuah catatan menarik. Daerah ini merupakan basis massa nasionalis yang berafiliasi pada kekuatan politik Soekarnois sejak Pemilu tahun 1955. Ketika itu Partai Nasional Indonesia (PNI), partai politik yang didirikan Soekarno dan mengusung ideologi Marhaenisme ajaran Soekarno menang mutlak di Kabupaten Tanah Karo. Prosentase suara yang diraih PNI dari Tanah Karo mencapai sekitar 90% suara. Moment ini dapat dijadikan indikator bagi loyalitas politik warga Karo terhadap Presiden RI pertama tersebut. Soekarno pun digelari ”Bapa Rayat Sirulo” oleh warga Karo, yang artinya pemimpin yang membawa kemakmuran rakyat.
Loyalitas politik warga Karo terhadap Soekarno berlanjut hingga meletusnya pemberontakan PRRI/Permesta di daerah Sumatera. Ketika itu, kaum pemberontak yang terdiri dari panglima-panglima militer daerah dan kekuatan politik Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI) serta disokong oleh anasir-anasir imperialis asing berhasil meraih dukungan yang cukup signifikan dari warga Sumatera.
Di masa-masa genting tersebut, warga Karo justru tidak tertarik untuk ikut melakukan pembangkangan terhadap pemerintahan Soekarno dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), seperti yang ditunjukkan warga dari beberapa kawasan lainnya di Sumatera. Pada saat itu muncul tokoh kharismatik dari etnis Karo, yakni Letjen Djamin Ginting, yang menegaskan haluan politiknya untuk berdiri di belakang Pemerintahan Soekarno dan NKRI demi melawan kekuatan pemberontak yang didukung kekuatan imperialis. Karena jasanya itu, Letjen Djamin Ginting diangkat oleh Soekarno menjadi Pangdam Bukit Barisan yang melingkupi seluruh wilayah Sumatera pada tahun 1957-1958.
Loyalitas Politik ditengah Badai
Loyalitas politik warga Karo terhadap Soekarno berbuah manis dengan diangkatnya seorang putra Karo, Ulung Sitepu, sebagai Gubernur Sumut pada tahun 1963. Namun badai politik yang datang seiring dengan terjadinya peristiwa 30 September 1965 (G30S) seakan turut menghantam partisipasi politik orang Karo.
Ulung Sitepu diberhentikan dari jabatan gubernur pasca G30S karena dituding sebagai tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI), sebuah tudingan yang tak pernah dibuktikan secara hukum hingga kini. Memang ketika menjabat gubernur, Ulung Sitepu banyak menuai dukungan dari massa PKI, dan hal ini adalah sesuatu yang lumrah karena PKI merupakan partai legal dan sah di republik ini sebelum G30S. Namun Ulung Sitepu sendiri tak pernah menjadi anggota PKI secara formal, ia lebih dikenal sebagai gubernur yang loyal pada Presiden Soekarno seperti kebanyakan warga Karo lainnya. Kemungkinan besar hal inilah yang menjadi alasan dari diberhentikannya Ulung Sitepu dari jabatan gubernur Sumut, karena pasca G30S seluruh kekuatan politik Soekarnois disikat habis oleh rezim baru dibawah pimpinan Jenderal Soeharto.
Kendati mengalami represi penguasa, loyalitas warga Karo terhadap Soekarno tak pernah pudar. Hal ini terbukti dari tetap dikuasainya Tanah Karo oleh kekuatan politik yang merupakan ‘reinkarnasi’ dari PNI, yakni Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Loyalitas itu makin ditunjukkan oleh warga Karo ketika putri Soekarno, Megawati, menjadi Ketua Umum PDI di awal dekade 90-an. Hal ini dipandang sebagai momentum kebangkitan politik trah Soekarno oleh warga Karo dan kaum Soekarnois lainnya.

Dukungan warga Karo terhadap PDI, yang setelah reformasi bermetamorfosa menjadi PDI Perjuangan (PDIP), termanifestasi pada perolehan suara PDIP di Tanah Karo pada pemilu 1999 yang mencapai 95% suara (mengungguli perolehan suara PNI pada pemilu 1955). Hal yang sama juga terlihat pada pemilu 2004, dimana PDIP kembali mendominasi perolehan suara di Tanah Karo.
Tak Pernah Padam
Masa reformasi yang ditandai dengan keterbukaan politik sesungguhnya dapat menjadi peluang bagi warga Karo untuk berkiprah di berbagai partai politik. Kenyataannya beberapa putra Karo memang memanfaatkan peluang itu dan berhasil menduduki posisi strategis di berbagai partai, seperti Tifatul Sembiring yang berhasil menjadi Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan MS Kaban yang meraih jabatan Ketua Umum di Partai Bulan Bintang (PBB).
Namun fakta banyaknya warga Karo yang berpolitik dengan menggunakan instrumen partai yang tidak mengusung ideologi Soekarno ternyata tidak mudah mengubah pilihan politik warga Tanah Karo, dimana leluhur warga Karo berasal. Pemilu-pemilu pada masa reformasi menunjukkan tidak padamnya loyalitas politik warga Tanah Karo terhadap Soekarno dan dinastinya.
Kesetiaan warga Karo terhadap Soekarno dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya adalah faktor historis, dimana Soekarno pernah diasingkan Belanda di daerah Tanah karo, tepatnya di Desa Laugumba, Kecamatan Berastagi, pasca agresi militer Belanda terhadap Indonesia di akhir tahun 1948. Ketika itu Soekarno diasingkan oleh Belanda ke Tanah Karo bersama dengan dua pimpinan repiblik lainny; H.Agus Salim dan Sutan Sjahrir.
Faktor lainnya adalah faktor ideologis, dimana kondisi sosial ekonomi warga Tanah Karo cocok dengan ideologi PNI, Marhaenisme. Seperti yang dinyatakan oleh seorang Guru Besar dari Universitas Sumatera Utara, Prof.DR. H.R.Brahmana, bahwa mayoritas warga Karo adalah petani yang bercocok tanam pangan hortikultura semenjak era kolonial Belanda dahulu. Dan hal tersebut sesuai dengan ideologi Marhaenisme yang mengangkat problematika kaum petani Indonesia yang telah dimiskinkan oleh sistem ekonomi dan politik yang berlaku.
Loyalitas politik seperti yang dimiliki warga Tanah Karo terhadap Soekarno adalah hal yang agak luar biasa ditengah alam demokrasi liberal kini, yang berbasiskan pada politik uang sebagai instrumen untuk meraih kekuasaan. Kecurangan sistematis yang ditenggarai banyak pihak terjadi pada pemilu 2009 lalu juga tak mampu meruntuhkan spirit Soekarnoisme warga Tanah Karo. Sebuah kenyataan yang dapat dijadikan refleksi bagi kita bersama, bahwa kesetiaan pada ”Bapa Rayat Sirulo” tak akan tergantikan oleh maraknya keculasan politik berbasiskan pragmatisme dan oportunisme, yang banyak dipertontonkan oleh para elit politik kini.
Namun Ironis sekali, meski kesetiaan sudah dibuktikan berpuluh-puluh tahun lamanya terhadap paham Soekarnoisme ini. Namun pada kenyataanya tidak ada satupun promosi yang baik dirasakan oleh kader-kader dari Karo. Bahkan tercatat di Pengurus Pusat PDI-P saja sampai saat ini tercatat sangat minim sekali Orang Karo, bahkan tidak ada sama sekali.

Kader-kader Karo dalam kesempatan ini ingin meyampaikan informasi-informasi kepada Ibu Megawati, sekaligus mengingatkan bahwa Karo itu adalah Karo, bukan Batak yang selalu diidentikkan dengan Toba.

Semoga dengan informasi ini pula Ibu Megawati kedepannya dapat mengetahui apa bedanya Batak, Toba dan Karo. Sehingga dengan keterwakilan Batak didalam tubuh PDI-P ternyata belumlah mewakili Karo yang notebene Spirit Soekarnoisme masih terus mengalir didalam darahnya.
Tulisan yang saya pakaikan italic merupakan copyan yang saya baca dan ambil dari:
Dan saya menambahkan sedikitnya tentang pola pikir masyarakat Suku Karo ini:
Orang Karo ini memiliki pengetahuan dibidang politik yang baik, menggunakan akal pikiran yang sehat dan pola pikirian yang maju, sehingga mereka sering kali dijadikan sebuah tim sukses dan juga pengamat politik pada sebuah partai politik.
Nilai Nasionalisme orang Karo ini sangatlah tinggi dan satu - satunya suku di bangsa Indonesia ini yang belum pernah dijajajh oleh Belanda adalah suku Karo dan kestiaan yang tinggi kepada negara Indonesia ini sejak awal terbentuknya negara Indonesia dan memiliki PENGHARGAAN dari Bung Hatta :
ORANG KARO ADALH BANGSA PEJUANG
dan Ir. Soekarno mengatakan dalam ketegasannya : Siapa yang bisa memimpin orang karo mereka adalah raja dunia.




Sifat - sifatnya orang Karo:


Sebuah konteks dalam sifat setiap manusia tidak lepas dari aspek psikologis (kejiwaan) manusia itu sendiri. Dengan kebesaran kuasaNya, Tuhan menciptakan manusia dengan keberagaman sifat. Tentu setiap manusia di muka bumi ini diciptakan dengan sisi baik dan buruknya.
Manusia Karo juga tidak terlepas dari keberagaman sifat (biak) itu. Sifat yang dimiliki setiap individu Karo tentu berbeda-beda. Tapi ada sifat dasar pembawaan dari merga yang dipakainya. Mungkin juga sifat ini didasarkan beberapa sebab seperti satu keturunan (terombo), satu kampung berikut kebiasaan dan tradisinya sampai letak geografis tempat tinggal.
Dibawah ini akan dijabarkan sedikit tentang sifat-sifat (Biak-biak) Si Lima Merga. Penulis meriset semua sifat-sifat ini dari wawancara dengan orang-orang tua, beberapa tulisan juga pengalaman pergaulan dari kehidupan sebagai orang Karo di tengah tatanan budaya Karo yang kental.
Karo-Karo
Merga Karo-karo rata-rata cerdas dalam berpikir dan bertindak. Ini terbukti dengan orang Karo yang meraih gelar sarjana pertama kali adalah Dr B. Sitepu dan Mr. Jaga Bukit. Profesor pertama dari Karo adalah Prof. A.T. Barus. Gubernur Sumatera Utara dari Karo pertama kali adalah Ulung Sitepu. Sampai menteri dari Karo yang pernah diangkat adalah M.S. Kaban.
Karo-karo biasanya berkemauan kuat dan berusaha keras meraih cita-citanya. Karena kemauan dan kerja kerasnya itu tidak sedikit Karo-karo berhasil meraih segala keinginannya.
Beru Karo terkenal berani dalam bertindak. Ketika ada yang tidak sesuai keinginan hatinya maka apapun bisa dikata-katainya. Cenderung bersifat mendominasi dalam rumah tangga. Tapi beru Karo terkenal kepintarannya sebagai penyeimbang rumah tangga.

Ginting

Merga Ginting lantang dalam berbicara. Kalau memang pendapatnya benar akan terus dipertahankannya. Siapa yang tidak kenal nama yang sudah didekasikan menjadi salah satu jalan terpanjang di negeri ini, Letjend Jamin Ginting. Termasuk anggota MPR RI, Sutradara Ginting yang pintar dalam mengungkapkan pendapatnya.
Tidak takut untuk memulai sesuatu yang baru. Mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat. Cenderung patuh pada istrinya.
Beru Ginting terkenal tidak malu tampil ke tengah. Kalau belum berbuat sesuatu rasanya belum ada kepuasan dalam dirinya. Keberaniannya terkadang tidak memikirkan resiko apa yang akan terjadi terhadap tindakannya.

Sembiring

Merga Sembiring rata-rata berjiwa diplomatis. Sedikit berbicara tapi dalam artinya. Terkadang pelan-pelan mengutarakan pendapatnya sehingga keinginan hatinya diterima semua orang. Siapa yang tidak kenal dengan keturunan Sibayak Sarinembah, Mayjend Raja Kami Sembiring dengan vokalnya yang menghebohkan gedung MPR RI Senayan beberapa tahun lalu. Kriminolog Adrianus Meliala juga termasuk salah satu contoh.
Cenderung malu dan takut mengutarakan cinta pada gadis yang dipujanya. Bahkan sekalipun ditanya apakah dia mencintai gadis itu dengan cepat akan ditampiknya dengan halus.
Beru Sembiring berjiwa penyabar. Walau banyak yang tidak menyenangi dirinya dengan sabar dia akan menerimanya. Cenderung sebagai penguasa rumah tangga. Sehingga rumah tangga berada dibawah kendalinya.

Tarigan

Merga Tarigan pintar berbicara. Di kedai kopi ataupun jambur semua obrolan akan didominasinya. Cepat berkelit dalam berkata-kata jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan maksudnya.
Karena pintar berkata-kata rata-rata merga Tarigan berjiwa dagang. Mulia Tarigan salah satu contohnya. Juga Mestika br Tarigan menjadi psikolog terkenal saat ini.
Beru Tarigan bersifat pasrah terhadap sesuatu yang didapatnya. Apa yang dikatakannya terkadang berbeda dengan isi hatinya.

Perangin-angin

Merga ini disebut dengan julukan Tambar Malem (selain Sebayang). Tambar Malem maksudnya disini adalah kepintaran dalam berkata-kata untuk menghibur orang. Jika ada orang mengalami masalah, Perangin-angin pintar memakai lidahnya untuk menghibur dan mencari solusi jalan keluarnya. Bersifat moderator dan mediator.
Cenderung harus dibujuk-bujuk (tami-tami) dan cemburuan. Berani dalam bertindak dan mengungkapkan pendapatnya. Aktor kawakan Advent Bangun yang telah memakai lidahnya dalam berkotbah di mimbar gereja. Termasuk perjuangan Kiras Bangun alias Pa Garamata dalam mempertahankan kemerdekaan negeri ini.
Beru Perangin-angin berjiwa ingin tampil. Ada suatu kebanggaan jika dirinya diperhatikan orang. Bersifat menguasai keluarganya sendiri. Kepintarannya dalam mencari muka pada orang tuanya terkadang membuat perselisihan dengan turangnya sendiri.
Sifat-sifat merga di atas tidak bisa menjadi tolak ukur bagi kita untuk menyimpulkan sifat seseorang dari merganya. Perkembangan jaman, kehidupan sosial dan perkawinan dengan berbagai suku sedikit demi sedikit mengikis sifat-sifat merga itu sendiri.
Jadi sifat merga diatas hanyalah sebuah kesimpulan kecil dari sebuah penelitian yang setiap saat bisa disanggah dan diperdebatkan. Sekali lagi janganlah kesimpulan diatas menjadi acuan kita untuk menilai sifat merga dan juga sifat seseorang.
Tapi jika kita menelusuri lebih dalam setiap orang Karo mempunyai sifat yang hampir sama. Mungkin dikarenakan alam, budaya dan seninya yang mengacu pada kehidupan sosial Karo itu sendiri.

Catatan kecil tentang sifat orang Karo

Orang Karo itu tidak terlalu rajin tetapi bukan pemalas. Berjiwa lemah lembut dan toleransi yang kuat. Sifat gotong royong dan memusyawarahkan sesuatu secara “sangkep nggeluh” menjadi nilai yang dikedepankan dalam strukur sosial masyarakatnya.
Prinsip hidupnya adalah, ”Ertuah bayak sangap encari,” yang artinya berkembang biak murah rejeki dan etos kerja yang digunakan, “Mangkuk reh mangkuk mulih, Ola lolo cametendu”.
Filosofi hidup orang Karo itu,”Pebelang juma maka mbelang man peranin, Jemur pagendu sangana las,” yang artinya perbanyak mata pencaharian supaya banyak hasilnya, gunakan kesempatan yang ada.
Ada juga falsafah yang mengatakan, “Keri gia pola isina, gelah mehuli penangketken kitangna,” biarpun habis air nira diminum, asal yang meminum itu menggantungkan tempatnya (kitang) itu dengan baik.
Kelemahan orang Karo pada umumnya mudah tersinggung dan sakit hati. Apabila rasa sakit hati dan ketersinggungan itu terlalu mendalam akan menimbulkan reaksi. Tetapi lebih banyak mengundurkan diri dalam percaturan. Tapi umumnya mempunyai sifat pendendam.
Orang Karo sangat sensitif tetapi menyimpan sifat ideal sebagai single fighter. Berani memulai sesuatu walau tidak tahu apa resiko yang akan dihadapinya. Mempunyai jiwa merantau (erlajang) dan dengan cepat bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Ada istilah sendiri yang mengacu hal ini, “Kalau masuk ke kandang kambing, dia akan mengembik tapi tidak jadi kambing. Kalau masuk ke kandang harimau, dia akan mengaum tapi tidak jadi harimau.”
joined: 
http://joeybangun.wordpress.com/2008/03/07/karo-dan-sifat-merganya/
tambahannya yang saya tahu tentang orang karo ini sifatnya:
1. Jujur - dalam kegiatan apapun mereka selalu melaksanakan sesuai prosedur (dlm suatu daerah) dan bila salah seorang yang melanggar dan mereka tidak sungkan untuk menyelesaikan dgn ketegasannya yang sesuai peraturan yang telah mereka buat.
2. Tegas - cepat berpikir dan cepat bertindak dan sangat tegas. Dalam menyelesaikan masalah mereka tidak pandang bulu dan selalu menerapkan ketegasannya, walaupun mereka berani mengambil resiko.
3. Percaya diri - tidak pernah merasa malu dengan apa yang mereka lakukan jika memang itu benar.
4. Berani dan tanguguh - mungkin sifat keturunan dari nenek moyangnya yang tidak pernah takut dengan siapapun seperti melawan Belanda, dan sifat ini pastinya di ajarkan oleh orang tuanya.
5. Pemalu - jika menggantungkan diri atau kehidupannya bergantung pada orang lain
6. Sopan - sifat yang selalu diterapkan oleh kebudayaan karo.
7. Berpendirian teguh - sikap dan pendiriannya yang sangat kuat untuk mempertahankan suatu pendapatnya (misalnya dalam bidang rapat atau berorganisasi)
8. Selalu menjaga nama baik keluarga dan sendiri - tidak mau sedikitpun tercoreng nama baiknya, ntah kenapa?
9. Mudah bergaul dan menempatkan diri - contohnya: biasanya anak muda zaman sekarang hanya ingin bergaul dengan teman sebayanya akan tetapi anak muda (orang karo) ini mampu bergaul dengan teman sebayanya dan mampu menempatkan diri saat bergaul dengan orang yang lebih tua.
10. KRITIS -  memiliki pola pikir kritis ini sifat orang karo. yang dimana jika menemukan masalah mereka tidak mudah terpancing emosi, selalu memikirkan apa kedepannya yang akan terjadi, apa keuntungannya nanti apa kerugiannya nanti. mungkin cara pemikiran mereka setara pemikiran orang Yahudi yang positifnya.

‎- MAKNA DAN ARTI DALAM GERAK DAN TARI KARO -

Dalam tarian karo beberapa gerak memiliki arti dan lambang.. antara lain adalah :


1. Gerak tangan kiri naik, gerak tangan kanan ke bawah, melambangkan tengah
rukur, maknanya adalah menimbang-nimbang sebelum terbuat,
2. Gerakan tangan kanan ke atas, gerakan tangan kiri ke bawah melambangkan
sisampat-sampaten, maknanya adalah saling tolong-menolong dan saling membantu,
3. Gerakan tangan kiri ke kanan ke depan melambangkan ise pa la banci ndeher
adi langa sioraten, artinya siapa pun tak boleh mendekat jika belum tahu
hubungan kekerabatan, ataupun tak kenal maka ta sayang,
4. gerakan tangan memutar dan mengepal melambangkan perarihen enteguh, yaitu
mengutamakan persatuan, kesatuan, dan musyawarah untuk mencapai mufakat,
5. gerakan tangan ke atas, melambangkan ise pe la banci ndeher, siapa pun tak
bisa mendekat dan berbuat secara sembarangan,
6. gerak tangan sampai ke kepala dan membentuk posisi seperti burung merak,
melambangkan beren rukur, yang maknanya adalah menimbang sebelum memutuskan,
pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna,
7. gerak tangan kanan dan kiri sampai di bahu melambangkan beban simberat ras
simenahang ras ibaba, artinya mampu berbuat harus mampu pula menanggung
akibatnya, atau berarti juga sebagai rasa sepenanggungan,
8. gerakan tangan di pinggang melambangkan penuh tanggung jawab, 9. gerakan
tangan kiri dan tangan kanan ke tengah posisi badan berdiri melambangkan ise pe
reh adi enggo ertutur ialo-alo alu mehuli, maknanya tanpa memandang bulu siapa
pun manusianya apabila sudah berkenalan akan diterima dengan segala senang hati. Sungguh sangat bijak para leluhur kita dalam membuat seni dan budaya..yg memberikan filosopi dan pandangan hidup yg tidak akan pernah lekang dimakan oleh waktu. mejuah' juah ...
Follow Me